Sering bertemu dengan mereka yang lebih suka menggunakan
teknologi ketimbang melakukan sesuatu secara manual? Bisa jadi kita
tengah berhadapan dengan generasi Y (gen Y). Generasi Y dapat
dikategorikan kepada sekelompok anak muda yang berusia belasan tahun
hingga awal 30-an (lahir awal 1980 hingga awal 2000). Di dunia kerja,
generasi yang
juga disebut generasi milenium ini adalah generasi andal, karena penuh
kejutan
dalam menelurkan ide-ide brilian.
Secara singkat, gen Y adalah generasi yang tumbuh di tengah hiruk
pikuknya perkembangan teknologi. Paparan teknologi memengaruhi kepekaan
gen Y terhadap perubahan. Mereka tidak takut perubahan, namun sering
kali tak sabar memulai proses perubahan itu. Mereka adalah generasi yang
akrab dengan internet dan sangat aktif dalam media sosial. Gen Y
dikenal sebagai generasi yang egosentris, berpusat pada diri
sendiri, dan senang unjuk diri. Majalah Time menyebut generasi ini
sebagai “me me me generation”.
Sepintas, gen Y terlihat pintar, aktif, dan agresif. Mereka juga
tergolong hebat dalam mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan.
Contoh, mereka mampu menulis email di tablet sambil mendengarkan musik
lewat headset yang menempel di telinga. Bahkan, secara bersamaan, mereka juga bisa tetap asyik chatting dari telepon pintarnya. Penampilan casual
dan santai menjadi ciri khas mereka, kesan serius pun jadi tidak
terlihat. Akibatnya, generasi pendahulu sering beranggapan bahwa gen Y
tidak pernah serius dan tidak disiplin.
Gen Y bisa dikatakan sebagai pribadi yang bekerja untuk dapat menerapkan
kreativitasnya
serta mencari lingkungan kerja yang santai dan penuh hura-hura. Mereka
bekerja tidak terlalu serius, karena bekerja bukan untuk kehidupan atau
menghidupi keluarga seperti yang dilakukan generasi sebelumnya. Mereka
sangat techno-minded dan berinteraksi lebih banyak melalui gadget (Skype, Whatsapp, Twitter, Facebook), walau dengan teman satu kantor.
Suka atau tidak, gen Y kini makin mendominasi dunia kerja. Generasi ini
menjadi SDM yang dibutuhkan perusahaan. Bahkan, sering kali menjadi
andalan dan tulang punggung
perusahaan. Dalam lingkup kerja, mereka jelas memiliki karakter yang
berbeda dari generasi pendahulu. Untuk itu, mau tidak mau, perusahaan
perlu melakukan penyesuaian agar bisa mengoptimalkan SDM yang kian
dipenuhi oleh gen Y ini.
Gen Y memiliki kecenderungan selalu ingin tampil beda, termasuk di
tempat kerja. Ketika mereka diberi kepercayaan untuk memimpin tim,
mereka selalu ingin terlihat berbeda. Uniknya, dari segi keuangan,
mereka tidak terlalu mempermasalahkan income bulanan, namun sangat menunggu bonus besar di akhir tahun untuk hura-hura atau kesenangan pribadi.
Kekuatan generasi ini adalah daya kreativitasnya yang tinggi. Lewat bantuan teknologi, mereka memiliki kesempatan exposure yang lebih untuk melihat setiap sudut dunia tanpa perlu pergi ke suatu tempat. Cukup dengan beberapa klik dan bermodal
jempol, mereka akan merasakan dan melihat banyak ide di belahan dunia lain.
Sayangnya, gen Y dianggap tak memiliki komitmen tinggi dan loyalitas.
Dalam bekerja, mereka cenderung seperti kutu loncat. Ketika tempat kerja
tak lagi menyenangkan atau
tak sesuai dengan gaya hidup, mereka tak segan-segan mencari tempat
kerja baru. Yang dikejar di perusahaan baru biasanya income tahunan yang lebih tinggi dan prestise bekerja di lingkungan kerja yang lebih sophisticated, lebih keren. Kesempatan untuk traveling
juga menjadi alasan kuat bagi generasi ini untuk berpindah kerja.
Selain itu,pengaruh ikatan teman juga dengan mudah membuat mereka
mengubah karier dan pekerjaan.
Anak muda yang selalu ingin coba-coba, kerja tidak pernah ajeg di
satu tempat, dan terlalu peduli soal teknologi terbaru. Mungkin ini
sebagian gambaran ringkas generasi Y. Bagi generasi sebelumnya, generasi
X (lahir tahun 1965–1979 ) dan baby boomer (lahir tahun
1946–1964), gen Y memberi kesan sebagai generasi yang tak terlalu
membanggakan. Hal itu karena di mata generasi pendahulunya, gen Y
memiliki
beberapa ciri negatif seperti tak merasa bersyukur, egosentris,
individualisme
yang sangat tinggi, dan gampang bosan. Secara politis, gen Y juga
cenderung tak
mau terlalu ambil pusing, meski mereka, pada umumnya, mempunyai
toleransi yang
tinggi.
Namun, tidak bijak rasanya jika kita hanya menyoroti kelemahan dari
sebuah generasi. Bagaimanapun, setiap masa pasti ada pemimpinnya. Waktu
terus berputar dan manusia terus
berganti. Suka tidak suka, gen Y inilah yang nantinya akan menjadi
pemimpin bangsa. Siap tidak siap, perubahan harus selalu kita hadapi.
Terlepas dari
generasi apa pun kita, bergerak (move on) lebih baik daripada diam di tempat (move off). move on, Bro!