Kamis, 28 Januari 2016

Lumpuh.

Aku tak berharap luka menganga terbuka di depan mata.

Seumpama pasir-pasir tertiup angin,
dengan bisik daun kelapa yang muncul tiba-tiba,
aku tidak pernah lupa telah lumpuh dalam cinta.

Berangkatlah seorang pengembara ke arah selatan,
mencari pengharapan
untuk dibawa pulang bersama isi nampan.
Bukan tangan hampa yang diimpikan dua atau tiga mata dan kepala.
Mereka tetap ingin cinta bisa bicara apa adanya.

Aku tak berharap luka menganga terbuka di depan mata.

Menyambut senja-senja yang hilang disiram tawa.
Tawa yang meluka.
Tawa yang menyedih.
Tawa yang, tak bisa disebut canda.

Pulanglah segera.
Bercerita saja apa adanya.
Bukan karena bisa sembunyikan luka.
Tapi biarkan luka yang bicara.
Biar dia menganga.
Biar dia terbuka.
Biar dia jadi nyeri di depan mata.

Aku tak berharap luka menganga terbuka di depan mata,
maka terpejamlah,
dan bawa duka-duka.



Gondangdia,

28/01/2016
19:48