Senin, 15 Agustus 2016

Gen Y: Generasi Santai dan Techno-Minded

Sering bertemu dengan mereka yang lebih suka menggunakan teknologi ketimbang melakukan sesuatu secara manual? Bisa jadi kita tengah berhadapan dengan generasi Y (gen Y). Generasi Y dapat dikategorikan kepada sekelompok anak muda yang berusia belasan tahun hingga awal 30-an (lahir awal 1980 hingga awal 2000). Di dunia kerja, generasi yang juga disebut generasi milenium ini adalah generasi andal, karena penuh kejutan dalam menelurkan ide-ide brilian.

Secara singkat, gen Y adalah generasi yang tumbuh di tengah hiruk pikuknya perkembangan teknologi. Paparan teknologi memengaruhi kepekaan gen Y terhadap perubahan. Mereka tidak takut perubahan, namun sering kali tak sabar memulai proses perubahan itu. Mereka adalah generasi yang akrab dengan internet dan sangat aktif dalam media sosial. Gen Y dikenal sebagai generasi yang egosentris, berpusat pada diri sendiri, dan senang unjuk diri. Majalah Time menyebut generasi ini sebagai “me me me generation”.

Sepintas, gen Y terlihat pintar, aktif, dan agresif. Mereka juga tergolong hebat dalam mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan. Contoh, mereka mampu menulis email di tablet sambil mendengarkan musik lewat headset yang menempel di telinga. Bahkan, secara bersamaan, mereka juga bisa tetap asyik chatting dari telepon pintarnya. Penampilan casual dan santai menjadi ciri khas mereka, kesan serius pun jadi tidak terlihat. Akibatnya, generasi pendahulu sering beranggapan bahwa gen Y tidak pernah serius dan tidak disiplin.

Gen Y bisa dikatakan sebagai pribadi yang bekerja untuk dapat menerapkan kreativitasnya serta mencari lingkungan kerja yang santai dan penuh hura-hura. Mereka bekerja tidak terlalu serius, karena bekerja bukan untuk kehidupan atau menghidupi keluarga seperti yang dilakukan generasi sebelumnya. Mereka sangat techno-minded dan berinteraksi lebih banyak melalui gadget (Skype, Whatsapp, Twitter, Facebook), walau dengan teman satu kantor.

Suka atau tidak, gen Y kini makin mendominasi dunia kerja. Generasi ini menjadi SDM yang dibutuhkan perusahaan. Bahkan, sering kali menjadi andalan dan tulang punggung perusahaan. Dalam lingkup kerja, mereka jelas memiliki karakter yang berbeda dari generasi pendahulu. Untuk itu, mau tidak mau, perusahaan perlu melakukan penyesuaian agar bisa mengoptimalkan SDM yang kian dipenuhi oleh gen Y ini.

Gen Y memiliki kecenderungan selalu ingin tampil beda, termasuk di tempat kerja. Ketika mereka diberi kepercayaan untuk memimpin tim, mereka selalu ingin terlihat berbeda. Uniknya, dari segi keuangan, mereka tidak terlalu mempermasalahkan income bulanan, namun sangat menunggu bonus besar di akhir tahun untuk hura-hura atau kesenangan pribadi.

Kekuatan generasi ini adalah daya kreativitasnya yang tinggi. Lewat bantuan teknologi, mereka memiliki kesempatan exposure yang lebih untuk melihat setiap sudut dunia tanpa perlu pergi ke suatu tempat. Cukup dengan beberapa klik dan bermodal jempol, mereka akan merasakan dan melihat banyak ide di belahan dunia lain.

Sayangnya, gen Y dianggap tak memiliki komitmen tinggi dan loyalitas. Dalam bekerja, mereka cenderung seperti kutu loncat. Ketika tempat kerja tak lagi menyenangkan atau tak sesuai dengan gaya hidup, mereka tak segan-segan mencari tempat kerja baru. Yang dikejar di perusahaan baru biasanya income tahunan yang lebih tinggi dan prestise  bekerja di lingkungan kerja yang lebih sophisticated, lebih keren. Kesempatan untuk traveling juga menjadi alasan kuat bagi generasi ini untuk berpindah kerja. Selain itu,pengaruh ikatan teman juga dengan mudah membuat mereka mengubah karier dan pekerjaan.

Anak muda yang selalu ingin coba-coba, kerja tidak pernah ajeg di satu tempat, dan terlalu peduli soal teknologi terbaru. Mungkin ini sebagian gambaran ringkas generasi Y. Bagi generasi sebelumnya, generasi X (lahir tahun 1965­–­1979 ) dan baby boomer (lahir tahun 1946–1964), gen Y memberi kesan sebagai generasi yang tak terlalu membanggakan. Hal itu karena di mata generasi pendahulunya, gen Y memiliki beberapa ciri negatif seperti tak merasa bersyukur, egosentris, individualisme yang sangat tinggi, dan gampang bosan. Secara politis, gen Y juga cenderung tak mau terlalu ambil pusing, meski mereka, pada umumnya, mempunyai toleransi yang tinggi.

Namun, tidak bijak rasanya jika kita hanya menyoroti kelemahan dari sebuah generasi. Bagaimanapun, setiap masa pasti ada pemimpinnya. Waktu terus berputar dan manusia terus berganti. Suka tidak suka, gen Y inilah yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa. Siap tidak siap, perubahan harus selalu kita hadapi. Terlepas dari generasi apa pun kita, bergerak (move on) lebih baik daripada diam di tempat (move off). move on, Bro!